rekomendasi

Rekomendasi Novel Dengan Ending Sedih Untuk Dibaca Di Tahun 2023

1. The Fault in Our Stars oleh John Green

The Fault in Our Stars merupakan novel yang ditulis oleh John Green dan dirilis pada tahun 2012. Novel ini menceritakan tentang seorang remaja bernama Hazel Grace Lancaster yang menderita kanker pada paru-parunya. Dia seorang yang berpikiran kritis dan berwawasan luas. Dia bertemu Augustus Waters, seorang remaja yang memiliki kaki buta dan juga mengalami kanker. Walaupun berbeda kondisi kesehatannya, mereka berdua saling jatuh cinta. Di akhir cerita, Hazel dan Augustus mengakhiri cinta mereka dengan ending yang menyedihkan. Novel ini menyampaikan pesan bahwa cinta tak dapat melawan kenyataan dan kematian.

2. A Little Life oleh Hanya Yanagihara

A Little Life merupakan novel yang ditulis oleh Hanya Yanagihara dan diterbitkan pada tahun 2015. Novel ini menceritakan tentang kehidupan empat teman masa kecil yang bertemu lagi saat dewasa. Mereka adalah Jude, JB, Willem, dan Malcolm. Mereka berteman sejak kecil dan saling menemani satu sama lain. Namun, Jude adalah yang paling misterius di antara mereka. Ia tak pernah ingin bercerita tentang masa lalunya. Namun, kisah masa lalu Jude terungkap dan membawa kisah yang menyedihkan. Novel ini menyampaikan pesan bahwa kita tak selalu dapat mengontrol kisah hidup kita dan bahwa cinta tak selalu berakhir bahagia.

3. Me Before You oleh Jojo Moyes

Me Before You merupakan novel yang ditulis oleh Jojo Moyes dan diterbitkan pada tahun 2012. Novel ini menceritakan tentang Louisa Clark yang menjadi pelayan seorang pria bernama Will Traynor. Will tengah mengalami depresi setelah kecelakaan yang menyebabkan ia lumpuh. Louisa berusaha untuk membuat Will kembali tertarik dengan hidup, namun usahanya tak berhasil. Di akhir cerita, Will memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara yang menyedihkan. Novel ini menyampaikan pesan bahwa setiap orang memiliki keputusan hidup yang berbeda dan bahwa cinta tak selalu berakhir bahagia.

4. The Kite Runner oleh Khaled Hosseini

The Kite Runner merupakan novel yang ditulis oleh Khaled Hosseini dan diterbitkan pada tahun 2003. Novel ini menceritakan tentang Amir, seorang remaja Afghanistan yang tumbuh di Amerika. Ia berteman dengan Hassan, anak tetangganya yang berasal dari kasta yang lebih rendah. Mereka bersahabat dan sering bermain anak-anak. Namun, Amir mengalami trauma yang mendalam dan menyebabkan ia merasa bersalah. Di akhir cerita, Amir kembali ke Afghanistan untuk membayar kesalahannya. Novel ini menyampaikan pesan bahwa setiap orang harus membayar harga untuk kesalahannya dan bahwa kadang-kadang permintaan maaf tak cukup.

5. We Need To Talk About Kevin oleh Lionel Shriver

We Need To Talk About Kevin merupakan novel yang ditulis oleh Lionel Shriver dan diterbitkan pada tahun 2003. Novel ini menceritakan tentang Eva Khatchadourian, seorang ibu yang berusaha untuk mengerti anaknya yang bernama Kevin. Kevin berperilaku aneh dan terlibat dalam kejahatan. Di akhir cerita, Kevin mengakhiri hidupnya dengan cara yang menyedihkan. Novel ini menyampaikan pesan bahwa kita tak selalu dapat memahami anak kita dan bahwa kita tak selalu dapat mengendalikan kehidupan kita.

6. The Book Thief oleh Markus Zusak

The Book Thief merupakan novel yang ditulis oleh Markus Zusak dan diterbitkan pada tahun 2005. Novel ini menceritakan tentang Liesel Meminger, seorang anak yatim piatu yang tinggal bersama keluarga angkatnya. Liesel menemukan kebahagiaan saat ia mulai membaca buku-buku diperpustakaan. Ia juga berteman dengan Max, seorang Yahudi yang menyembunyikan dirinya dari para Nazi. Di akhir cerita, Max meninggal dunia karena penyakitnya. Novel ini menyampaikan pesan bahwa kita tak selalu dapat mengendalikan nasib kita dan bahwa kematian adalah satu-satunya hal yang tak dapat kita hindari.

7. The Perks of Being a Wallflower oleh Stephen Chbosky

The Perks of Being a Wallflower merupakan novel yang ditulis oleh Stephen Chbosky dan diterbitkan pada tahun 1999. Novel ini menceritakan tentang Charlie, seorang remaja yang tengah mencari jati dirinya. Ia berteman dengan Patrick dan Sam, dua remaja yang mengajarinya tentang kehidupan. Di akhir cerita, Charlie menyadari bahwa ia harus mengakhiri persahabatan dengan Patrick dan Sam. Novel ini menyampaikan pesan bahwa kita tak selalu dapat mengendalikan hidup kita dan bahwa cinta tak selalu berakhir bahagia.

8. The Lovely Bones oleh Alice Sebold

The Lovely Bones merupakan novel yang ditulis oleh Alice Sebold dan diterbitkan pada tahun 2002. Novel ini menceritakan tentang Susie Salmon, seorang remaja yang tewas karena dibunuh. Susie menonton dari dunia lain bagaimana keluarganya berjuang untuk melanjutkan hidup tanpa dirinya. Di akhir cerita, Susie memutuskan untuk meninggalkan dunia lain dan melanjutkan perjalanannya. Novel ini menyampaikan pesan bahwa kadang-kadang kita harus merelakan orang yang kita cintai dan bahwa kadang-kadang kita harus mengakhiri sesuatu untuk melanjutkan kehidupan.

9. The Time Traveler’s Wife oleh Audrey Niffenegger

The Time Traveler’s Wife merupakan novel yang ditulis oleh Audrey Niffenegger dan diterbitkan pada tahun 2003. Novel ini menceritakan tentang Henry DeTamble dan Clare Abshire, dua orang yang jatuh cinta. Henry memiliki kemampuan untuk melakukan perjalanan waktu. Hal ini menyebabkan mereka berpisah dan bertemu lagi dalam waktu yang berbeda. Di akhir cerita, Henry meninggal karena kecelakaan yang tak dapat dihindari. Novel ini menyampaikan pesan bahwa kematian adalah satu-satunya hal yang tak dapat kita hindari dan bahwa cinta tak selalu berakhir bahagia.

10. Extremely Loud and Incredibly Close oleh Jonathan Safran Foer

Extremely Loud and Incredibly Close merupakan novel yang ditulis oleh Jonathan Safran Foer dan diterbitkan pada tahun 2005. Novel ini menceritakan tentang Oskar Schell, seorang anak berusia 9 tahun yang tengah mencari ayahnya yang meninggal dalam kecelakaan. Oskar menemukan banyak hal saat ia mencari ayahnya. Di akhir cerita, Oskar menyadari bahwa ayahnya takkan pernah kembali. Novel ini menyampaikan pesan bahwa kadang-kadang orang yang kita cintai takkan pernah kembali dan bahwa kita tak selalu dapat mengontrol nasib kita.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Articles

Back to top button