Kenali Rumus Average Collection Period untuk Mengontrol Uang Kas Bisnis Anda
Hello Kaum Berotak, apakah Anda sedang kesulitan mengatur arus kas bisnis Anda? Salah satu cara untuk mengontrol arus kas adalah dengan memperhitungkan average collection period. Dalam artikel ini, kita akan membahas apa itu rumus average collection period dan bagaimana cara menghitungnya. Yuk, simak!
Apa itu Average Collection Period?
Sebelum membahas rumusnya, mari kita bahas dulu apa itu average collection period. Average collection period adalah waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk mengumpulkan piutang dari pelanggan. Dalam bisnis, piutang adalah uang yang harus diterima dari penjualan produk atau jasa.
Perusahaan harus memperhitungkan average collection period untuk mengontrol arus kas mereka. Semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan piutang, semakin sulit bagi perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan mereka. Oleh karena itu, perusahaan harus mengendalikan average collection period mereka agar tidak terlalu lama.
Rumus Average Collection Period
Berikut adalah rumus untuk menghitung average collection period:
average collection period = (piutang ÷ penjualan bersih) x jumlah hari dalam periode tertentu
Dalam rumus ini, piutang adalah jumlah uang yang harus diterima dari pelanggan, sedangkan penjualan bersih adalah jumlah penjualan setelah dikurangi diskon, pengembalian barang, dan pajak. Jumlah hari dalam periode tertentu dapat berupa bulan atau tahun, tergantung pada kebutuhan perusahaan.
Contoh Penghitungan Average Collection Period
Untuk memperjelas penghitungan rumus average collection period, berikut adalah contoh kasus:
Perusahaan XYZ memiliki piutang sebesar Rp 50 juta dan penjualan bersih sebesar Rp 500 juta selama bulan Oktober. Jumlah hari dalam bulan Oktober adalah 31 hari. Berapa average collection period perusahaan XYZ?
Jawabannya adalah:
average collection period = (Rp 50 juta ÷ Rp 500 juta) x 31 = 3,1 hari
Artinya, rata-rata perusahaan XYZ membutuhkan 3,1 hari untuk mengumpulkan piutang dari pelanggan mereka selama bulan Oktober. Jika perusahaan ingin meningkatkan arus kas mereka, mereka harus mencoba untuk mengurangi average collection period mereka dari 3,1 hari menjadi lebih rendah lagi.
Mengapa Average Collection Period Penting?
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa perusahaan harus mengendalikan average collection period mereka agar tidak terlalu lama. Berikut adalah beberapa alasan mengapa average collection period penting bagi perusahaan:
1. Menghindari kekurangan kas
Jika perusahaan membiarkan average collection period mereka terlalu lama, mereka dapat mengalami kekurangan kas. Hal ini karena uang yang seharusnya diterima dari penjualan tidak segera masuk ke dalam kas perusahaan. Jika perusahaan tidak memiliki kas yang cukup, mereka tidak dapat memenuhi kewajiban keuangan mereka seperti membayar gaji karyawan atau membayar hutang.
2. Meningkatkan kepercayaan pelanggan
Jika perusahaan dapat mengumpulkan piutang dari pelanggan dengan cepat, pelanggan akan merasa lebih percaya dan cenderung menggunakan produk atau jasa perusahaan lagi di masa depan. Sebaliknya, jika perusahaan membiarkan piutang terlalu lama, pelanggan dapat merasa tidak puas dan mencari alternatif lain.
3. Memperbaiki hubungan dengan pemasok
Jika perusahaan membiarkan piutang terlalu lama, mereka mungkin tidak dapat membayar pemasok mereka tepat waktu. Hal ini dapat merusak hubungan dengan pemasok dan dapat mengakibatkan perusahaan kesulitan mendapatkan bahan baku atau barang yang dibutuhkan.
Cara Meningkatkan Collection Period
Jika perusahaan mengalami collection period yang terlalu lama, ada beberapa cara untuk meningkatkannya, antara lain:
1. Memberikan diskon untuk pembayaran tunai
Dengan memberikan diskon untuk pembayaran tunai, perusahaan dapat mendorong pelanggan untuk membayar lebih cepat. Hal ini dapat membantu meningkatkan arus kas perusahaan.
2. Memperbaiki proses pengumpulan piutang
Perusahaan dapat memperbaiki proses pengumpulan piutang mereka dengan mengirimkan faktur lebih cepat, mengirimkan pengingat pembayaran, atau menyediakan metode pembayaran yang lebih mudah dan cepat.
3. Menggunakan jasa faktoring
Jasa faktoring adalah layanan di mana perusahaan menjual piutang mereka kepada pihak ketiga dengan harga diskon. Dengan menggunakan jasa faktoring, perusahaan dapat mengumpulkan uang dengan cepat dan meningkatkan arus kas mereka.
Kesimpulan
Memperhitungkan average collection period adalah salah satu cara untuk mengontrol arus kas bisnis Anda. Dengan menghitung dan mengendalikan average collection period, perusahaan dapat menghindari kekurangan kas, meningkatkan kepercayaan pelanggan, dan memperbaiki hubungan dengan pemasok. Jadi, jangan lupa untuk selalu memperhitungkan average collection period Anda dan mencoba untuk meningkatkannya jika perlu. Sampai jumpa kembali di artikel menarik lainnya!