RUMUS

Rumus Intrinsik Saham: Cara Mudah Membaca Potensi Investasi

Hello Kaum Berotak! Apakah kamu seorang investor saham atau masih belajar tentang investasi saham? Jika ya, maka kamu pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah “rumus intrinsik saham”. Rumus ini merupakan kunci untuk membaca potensi investasi sebuah saham. Namun, tidak semua orang dapat dengan mudah memahami rumus intrinsik saham. Oleh karena itu, artikel ini akan membahas secara santai tentang rumus intrinsik saham agar kamu dapat menggunakannya sebagai pedoman dalam melakukan investasi saham.

Apa Itu Rumus Intrinsik Saham?

Rumus intrinsik saham adalah rumus matematis yang digunakan untuk menghitung nilai intrinsik sebuah saham. Nilai intrinsik merupakan harga saham yang seharusnya berdasarkan kinerja perusahaan, potensi pertumbuhan, dan faktor-faktor lainnya. Dengan mengetahui nilai intrinsik sebuah saham, kamu dapat membandingkannya dengan harga pasar saham saat ini dan menentukan apakah saham tersebut undervalued atau overvalued.

Bagaimana Cara Menghitung Rumus Intrinsik Saham?

Rumus intrinsik saham dapat dihitung dengan menggunakan berbagai metode, namun metode yang paling umum digunakan adalah metode discounted cash flow (DCF). DCF merupakan metode yang menghitung nilai intrinsik sebuah saham berdasarkan arus kas yang dihasilkan oleh perusahaan di masa depan. Berikut ini rumus DCF:

Nilai Intrinsik Saham = (Arus Kas Bebas – Beban Modal) / (Risiko – Pertumbuhan)

Arus Kas Bebas (Free Cash Flow) adalah jumlah arus kas yang dihasilkan oleh perusahaan setelah dipotong beban modal (modal kerja dan investasi). Beban modal adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mempertahankan operasinya.

Risiko (Discount Rate) adalah tingkat keuntungan yang diharapkan investor. Semakin besar risiko, semakin besar pula keuntungan yang diharapkan. Pertumbuhan (Growth Rate) adalah laju pertumbuhan arus kas di masa depan.

Bagaimana Cara Membaca Potensi Investasi Saham dengan Rumus Intrinsik?

Setelah kamu menghitung nilai intrinsik sebuah saham, maka kamu dapat membandingkannya dengan harga pasar saham saat ini. Jika nilai intrinsik lebih besar dari harga pasar, maka saham tersebut undervalued dan layak dibeli. Sebaliknya, jika nilai intrinsik lebih kecil dari harga pasar, maka saham tersebut overvalued dan sebaiknya dihindari.

Perlu diingat bahwa rumus intrinsik saham bukanlah satu-satunya faktor yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan investasi saham. Kamu juga perlu memperhatikan faktor lain seperti kinerja perusahaan, pasar saham, dan faktor ekonomi lainnya.

Contoh Perhitungan Rumus Intrinsik Saham

Misalnya kamu ingin menghitung nilai intrinsik saham perusahaan ABC. Berikut ini data yang kamu butuhkan:

Arus Kas Bebas (Free Cash Flow) = Rp 500 juta

Beban Modal (Capital Expenditure) = Rp 200 juta

Risiko (Discount Rate) = 10%

Pertumbuhan (Growth Rate) = 5%

Maka rumus intrinsik saham perusahaan ABC adalah:

Nilai Intrinsik Saham = (Rp 500 juta – Rp 200 juta) / (10% – 5%) = Rp 6,67 miliar

Jika harga pasar saham perusahaan ABC saat ini adalah Rp 5 miliar, maka saham tersebut undervalued dan layak dibeli.

Kesimpulan

Rumus intrinsik saham merupakan kunci untuk membaca potensi investasi sebuah saham. Dengan menghitung nilai intrinsik sebuah saham, kamu dapat menentukan apakah saham tersebut undervalued atau overvalued. Meskipun rumus intrinsik saham dapat membantu dalam mengambil keputusan investasi, namun kamu juga perlu memperhatikan faktor lain seperti kinerja perusahaan dan faktor ekonomi lainnya. Selamat berinvestasi!

Sampai Jumpa di Artikel Menarik Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Articles

Back to top button