RUMUS

Rumus Purposive Sampling: Cara Efektif Memilih Sampel Penelitian

Hello Kaum Berotak! Bagi seorang peneliti, memilih sampel penelitian yang tepat sangatlah penting. Salah satu metode pemilihan sampel yang sering digunakan adalah purposive sampling. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara santai mengenai rumus purposive sampling.

Apa itu Purposive Sampling?

Purposive sampling adalah metode pemilihan sampel yang dilakukan berdasarkan tujuan atau tujuan tertentu. Dengan kata lain, peneliti memilih sampel yang dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian atau mencapai tujuan penelitian.

Metode ini sangat berguna ketika penelitian dilakukan pada populasi yang terlalu besar atau terlalu mahal untuk dijadikan sampel. Dalam hal ini, peneliti dapat memilih sampel penelitian dengan cermat agar dapat menghasilkan data yang representatif dan akurat.

Cara Menghitung Purposive Sampling

Ada beberapa cara untuk menghitung sampel purposive. Namun, metode yang paling umum digunakan adalah dengan menghitung jumlah sampel yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan penelitian. Berikut adalah rumus yang dapat digunakan:

N = (Z² x p x (1-p)) ÷ e²

Dimana:

  • N = jumlah sampel yang dibutuhkan
  • Z = nilai z-score (tingkat kepercayaan)
  • p = proporsi populasi
  • e = margin of error

Dalam menghitung sampel purposive, peneliti harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti ukuran populasi, jenis data yang akan dikumpulkan, dan tingkat kepercayaan yang dibutuhkan.

Kelebihan Purposive Sampling

Metode purposive sampling memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:

  • Mampu memilih sampel yang mewakili populasi secara akurat
  • Mampu menghemat waktu dan biaya dalam mengumpulkan data
  • Mampu memperoleh data yang lebih kaya secara kualitatif

Kekurangan Purposive Sampling

Namun, metode ini juga memiliki kekurangan seperti:

  • Tidak dapat menjamin keakuratan sampel
  • Tidak dapat menangkap variasi yang mungkin terjadi di dalam populasi
  • Tidak dapat digunakan untuk mengukur frekuensi kejadian atau karakteristik tertentu dalam populasi

Jenis-Jenis Purposive Sampling

Terdapat beberapa jenis purposive sampling yang dapat digunakan dalam penelitian, diantaranya:

  • Purposive sampling konvensional: peneliti memilih sampel berdasarkan kriteria tertentu, seperti usia, jenis kelamin, atau latar belakang pendidikan.
  • Purposive sampling bola salju: peneliti meminta responden untuk merekomendasikan orang lain yang memenuhi kriteria tertentu.
  • Purposive sampling maksimal: peneliti memilih sampel yang dianggap paling informative atau ekstrem.

Contoh Penerapan Purposive Sampling

Sebagai contoh, seorang peneliti ingin mengetahui pendapat masyarakat tentang kebijakan pemerintah terkait pembangunan infrastruktur. Namun, populasi yang terlalu besar untuk dijadikan sampel.

Dalam hal ini, peneliti dapat mengambil sampel purposive dengan memilih responden yang memiliki pengalaman langsung dengan pembangunan infrastruktur, seperti pengusaha konstruksi, pekerja proyek, atau warga yang tinggal di sekitar lokasi pembangunan.

Dengan demikian, peneliti dapat memperoleh informasi yang lebih akurat dan relevan tentang pandangan masyarakat terhadap kebijakan tersebut.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, rumus purposive sampling adalah metode yang efektif untuk memilih sampel penelitian yang representatif dan akurat. Namun, metode ini juga memiliki kekurangan dan harus digunakan dengan hati-hati.

Dalam memilih sampel purposive, peneliti harus mempertimbangkan berbagai faktor seperti ukuran populasi, jenis data yang akan dikumpulkan, dan tingkat kepercayaan yang dibutuhkan.

Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda yang sedang melakukan penelitian. Sampai jumpa kembali di artikel menarik lainnya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Articles

Back to top button