RUMUS

Rumus Uji Normalitas Liliefors: Apa itu dan Bagaimana Cara Menggunakannya?

Hello Kaum Berotak! Apakah kamu sedang belajar statistik dan ingin mempelajari tentang rumus uji normalitas Liliefors? Jangan khawatir, artikel ini akan membantu kamu memahami konsep tersebut dengan mudah dan santai.

Apa itu Uji Normalitas Liliefors?

Uji normalitas Liliefors adalah salah satu metode yang digunakan untuk menguji apakah sebuah sampel data berasal dari distribusi normal atau tidak. Distribusi normal adalah distribusi yang simetris dan memiliki puncak tunggal di tengah-tengah.

Uji normalitas Liliefors mirip dengan uji normalitas lainnya, seperti uji Shapiro-Wilk dan uji Kolmogorov-Smirnov. Namun, kelebihan dari uji normalitas Liliefors adalah ia lebih sensitif dalam mendeteksi ketidaknormalan pada sampel data yang kecil.

Bagaimana Cara Menggunakan Uji Normalitas Liliefors?

Untuk menggunakan uji normalitas Liliefors, kamu perlu mengikuti beberapa langkah berikut:

1. Tentukan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha).

2. Hitung nilai uji Liliefors dengan menggunakan rumus yang tersedia.

3. Bandingkan nilai uji Liliefors dengan nilai kritis yang terdapat pada tabel distribusi Liliefors.

4. Jika nilai uji Liliefors lebih kecil dari nilai kritis, maka hipotesis nol diterima dan sampel data dikatakan berasal dari distribusi normal. Namun, jika nilai uji Liliefors lebih besar dari nilai kritis, maka hipotesis alternatif diterima dan sampel data dikatakan tidak berasal dari distribusi normal.

Rumus Uji Normalitas Liliefors

Untuk menghitung nilai uji Liliefors, kamu perlu menggunakan rumus berikut:

Dn = max|Fn(x) – F(x)|

dimana:

– Dn adalah nilai uji Liliefors

– Fn(x) adalah distribusi empiris dari sampel data

– F(x) adalah distribusi normal teoretis

Contoh Penggunaan Uji Normalitas Liliefors

Misalnya kamu memiliki sebuah sampel data sebagai berikut:

10, 15, 20, 25, 30

Langkah pertama adalah menentukan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis nol pada uji normalitas Liliefors adalah sampel data berasal dari distribusi normal. Hipotesis alternatif adalah sampel data tidak berasal dari distribusi normal.

Selanjutnya, kamu perlu menghitung nilai uji Liliefors dengan menggunakan rumus yang telah disebutkan sebelumnya. Setelah dihitung, nilai uji Liliefors untuk sampel data tersebut adalah 0.211.

Terakhir, bandingkan nilai uji Liliefors dengan nilai kritis yang terdapat pada tabel distribusi Liliefors. Jika menggunakan tabel distribusi Liliefors dengan level signifikansi 0.05 dan sampel data berukuran 5, maka nilai kritisnya adalah 0.361.

Karena nilai uji Liliefors (0.211) lebih kecil dari nilai kritis (0.361), maka hipotesis nol diterima. Artinya, sampel data tersebut berasal dari distribusi normal.

Kesimpulan

Uji normalitas Liliefors adalah metode yang digunakan untuk menguji apakah sebuah sampel data berasal dari distribusi normal atau tidak. Metode ini lebih sensitif untuk sampel data yang kecil dibandingkan dengan metode uji normalitas lainnya.

Untuk menggunakan uji normalitas Liliefors, kamu perlu mengikuti beberapa langkah, yaitu menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif, menghitung nilai uji Liliefors, dan membandingkannya dengan nilai kritis yang terdapat pada tabel distribusi Liliefors.

Dengan memahami konsep dan cara menggunakannya, kamu dapat memperoleh hasil analisis statistik yang lebih akurat dan dapat diandalkan.

Sampai jumpa kembali di artikel menarik lainnya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Articles

Back to top button